setinggi tualang

puisi ini pernah terkeluar dalam majalah dewan siswa. versi yang ini telah diubah sikit.

Pada tualang itukan pernah tergantung
cita dari hati kecil kita:
kita menghajatkan dingin bilik kerani
mengimpikan saujana hijau sebuah sawah.
Kemudian masa memperdewasa kita
bukit memagar - kita langkah bersama
terlepas dari belenggu lumpur dan tanah.

Hanya darah, rindu dan hati mengikat;
bagai lelayang, kita di atas sana
melihat kembali pohon tualang itu
tetap setia memeluk tanah yang sama.

dan kita pun dibayar sebanyak RM50 untuk puisi kita yang samar-samar ini. tak banyak, tapi 50 ringgit hanya untuk kata-kata pendek yang disusun letak, cukup membuatkan kita teruja selama seminit lebih. tambah seminit lagi untuk komen yang memberangsangkan daripada faisal tehrani. :)

-sebarang tafsiran boleh diletakkan pada ruangan komen.-